Sunday, March 23, 2014

DOPAMIN



gambar



Dopamin (bahasa Inggrisdopamine, prolactin-inhibiting factor, prolactin-inhibiting hormone, prolactostatin, PIF, PIH) adalah salah satu sel kimia dalam otak berbagai jenis hewan vertebrata dan invertebrata, sejenis neurotransmiter (zat yang menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf yang lain) dan merupakan perantara bagi biosintesis hormon adrenalin dan noradrenalin. Dopamin juga merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Fungsi utamanya sebagai hormon ialah menghambat pelepasan prolaktin dari kelenjar hipofisis (lobus anterior hipofisis).

Fungsi dopamin sebagai neurotransmitter ditemukan pada tahun 1958 oleh Arvid Carlsson dan Nils-Ake Hillarp di Laboratorium Farmakologi Kimia dari Institut Jantung Nasional Swedia. Hal itu bernama dopamin karena monoamina, dan prekursor sintetis yang adalah 3,4 -”d”ihydr”o”xy”p”henyl”a”lanine (L-dopa). Arvid Carlsson dianugerahi Hadiah Nobel 2000 dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk menunjukkan dopamin yang tidak hanya prekursor norepinefrin (noradrenalin) dan epinefrin (adrenalin) tetapi neurotransmitter juga. Dopamin disintesis pertama kali pada tahun 1910 oleh George Barger dan James Ewens di Laboratorium Wellcome di London, Inggris. Dopamin memiliki rumus kimia C6H3 (OH) 2-CH2-CH2-NH2. Nama kimianya adalah”4 - (2-aminoethyl) benzena-1,2-diol” dan singkatan adalah ”DA.”

Dopamine ini dilemahkan oleh reupatake melalui transporter, kemudian enzimatik oleh katekol-O-metil transferase (COMT) dan monoamine oxidase (MAO). Dopamine yang tidak dipecah oleh enzim yang dikemas ke dalam vesikel untuk digunakan kembali.



Organ Penghasil

Hormon ini diproduksi di ginjal dan hipotalamus. Dopamin diproduksi di beberapa daerah otak, termasuk nigra substantia dan daerah tegmental ventral. Dopamin juga merupakan neurohormon yang dilepaskan oleh hipotalamus.





Neurotransmiter dengan lokalisasi diskrit dalam otak. (A) Struktur kimia dari dopamin neurotransmitter monoamina dan gambar skematik lokalisasi dopamine mengandung neuron dalam otak manusia dan tikus dan situs mana yang mengandung dopamin akson ditemukan. (B) Struktur kimia serotonin neurotransmitter monoamina dan peta yang menunjukkan lokasi otak serupa sel serotonin yang mengandung dan akson mereka.

Dopamine merupakan  hasil dari biosintesis dalam tubuh (terutama oleh jaringan saraf dan medulla kelenjar adrenal), perata oleh hidroksilasi dari asam L-amino tirosin L-dopa melalui enzi tirosin 3-monooxygenase yang juga dikenal sebagai hidroksilase tirosin, dan kemudian oleh dekarboksilasi L-dopa oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (yang seringa disebut sebagai dekarboksilase dopa). Dalam beberapa neuron, dopamine diproses lebih lanjut menjadi norepinefrin oleh dopamine beta hidroksilase. Dalam neuron dopamine dikemas setelah disintesis menjadi vesikula yang kemusian dilepaskan ke sinaps dalam menanggapi suatu potensial aksi presynaptic.




Fungsi

Dopamin memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran penting dalam perilaku dan kognisi, gerakan sukarela, motivasi dan penghargaan, penghambatan produksi prolaktin (yang terlibat dalam laktasi), tidur, mood, perhatian, dan belajar. Neuron dopaminergik (yaitu, neuron yang utama adalah dopamin neurotransmitter) yang hadir terutama di daerah tegmental ventral (VTA) dari otak tengah, substantia nigra pars compacta, dan inti arkuata dari hipotalamus.

Fungsi utamanya sebagai hormon ialah menghambat pelepasan prolaktin dari kelenjar hipofisis (lobus anterior hipofisis). Dopamin adalah inhibitor neuroendokrin utama dari sekresi prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior. Dopamine dihasilkan oleh neuron dalam nukleus arkuata hipotalamus adalah dikeluarkan ke dalam pembuluh darah hypothalamo-hypophysial dari median eminence, yang memasok kelenjar pituitary. Sel-sel lactotrope yang menghasilkan prolaktin, dalam ketiadaan dopamin, prolaktin mensekresi terus menerus; dopamin menghambat sekresi ini. Dengan demikian, dalam konteks mengatur sekresi prolaktin, dopamine kadang-kadang disebut prolaktin-faktor penghambat (PIF), menghambat hormon prolaktin (PIH), atau prolactostatin. Di otak, fungsi phenethylamine sebagai neurotransmitter, mengaktifkan lima jenis reseptor dopamin-D 1, D 2, D 3, D 4, dan D 5-dan varian mereka. Dopamin yang tidak hanya prekursor norepinefrin (noradrenalin) dan epinefrin (adrenalin) tetapi neurotransmitter, juga.

Dopamine sangat berperan dalam proses berpikir (cognitive). Proses berpikir ini sering disebut dengan kemampuan otak untuk memproses informasi. Artinya dopamine ini dapat membuat otak jadi “encer”. Dopamine juga berfungsi dalam memotivasi manusia. Motivasi ini bias berguna untuk hal-hal biolois, seperti makan, hobi, dan untuk motivasi mengejar suatu tujuan tertentu. Baukan itu saja, motivasi ini juga mempengaruhi keinginan anak untuk menjadi ideak atau sempurna. Keinginan untuk member juga merupakan salah satu akibat dari dopamine.

Zat ini juga berperan besar dalam sistem penghargaan (reward system) manusia. Banyak hal yang ada pada kita dipengaruhi oleh dopamine, seperti daya ingat, tidur, perasaan (mood), dan perhatian. Ada dugaan (masih dalam taraf pembuktian) bahwa dapamin berperan dalam reward prediction error (disingkat RPE). Dengan kemampuan RPE ini dopamine dipercaya berperan dalam menentukan kebiasaan baru. Jadi, dengan kadar dopamine yang cukup, anak akan lebih baik dalam mengembangkan suatu kebiasaan baru. Anak menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan atau pengetahuan baru.

Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah Dopamine bekerja dengan cara meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika jantung tak mampu memompa cukup darah.  

Yang Mengatur Pengeluarannya

Ada suatu kelenjar di otak yang menghasilkan serotonin. Dalam gambar diatas terlihat jalur dopamine dan serotonin. Fungsi serotonin ini antara lain untuk pengaturan perasaan (mood), permrosesan daya ingat, tidur, dan proses berpikir. Kelenjar yang memproduksi zat ini terletak di otak tengah.



Akibat Kelebihan Dan Kekurangan

Kelebihan

Dopamin berperan memberikan stimulus kewaspadaan. Bagaimanapun, konsentrasi dopamin yang terlalu tinggi dapat meningkatkan denyut jantung (detak jantung tidak teratur), tensi otot, dan mengganggu pola tidur sebagai dampak dari meningkatnya kepercayaan diri dan perhatian yang berlebihan. Kelebihan dopamin berhubungan dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan perilaku pengambilan risiko. Selain itu juga dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, sakit dada, kesulitan bernapas, perubahan jumlah urin, perubahan warna kulit, sakit di kaki dan lengan.


Dopamin yang berlebihan juga dapat menyebabkan skizofrenia. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ini merupakan gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hbungan antar pribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormone tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychietric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering resistensi terhadap upaya semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

Indikator premorbid (pra-sakit) pre- skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi malu, tertutup, manarik diri secara social, tidak bias menikmati rasa senang, menantang tanpa alas an jelas, mengganggu dan tak disiplin. Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bias dibagi menjadi 2 kelas :

  1. Gejala-gejala positif

Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (koggnitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.

  1. Gejala-gejala negative

Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari cirri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/ mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk berkativitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).

Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grub ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autism, sindrom asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan Post Stress Disorder. Oleh sebab itu diagnose penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psokiater atau psikolog yang bersangkutan. Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan factor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian schizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi panca indra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci da ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.


Tidak semua orang yang memiliki indicator premorn=bid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak factor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stressor lingkungan dan factor genetik. Sebaliknya mereka yang normal bias saja menderita skizofrenia jika stressor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa obat terlarang seprti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis. Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebuhan seperti sikap terlelu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bias menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.



Kekurangan


Kekurangan dopamin dapat menyebabkan penyakit parkinson. Pada penyakit ini terjadi kehilangan neuron-neuron yang mengandung dopamine (DA) dalam substantia nigra.

Neuron-neuron tersebut secara normal berproyeksi ke putamen kaudat (satu bagian dari ganglia basal ) tempat DA menghambat inisiasi impuls saraf (firing) neuron-neuron kolinergik. Neuron-neuron kolinergik ini membentuk sinaps eksitatori pada neuron-neuron yang lain yang berproyeksi ke luar ganglia basal. Karena kehilangan neuron yang mengandung DA, neuron-neuron kolinergil tedak memiliki sifat inhibisi normal.


Parkinson adalah penyakit berkurangnya kemampuan untuk menggerakkan  otot secara benar. Penyakit ini menyerang dua persen orang berusia 65 tahun ke atas dan 4-5 persen orang berusia 85 tahun ke atas. Pergerakan otot yang tak terkendali itu akibat hilangnya dopamine neurons. Ciri-ciri seseorang terkena penyakit Parkinson adalah ketika sedang diam ada sebagian otot yang terus bergetar. Dopamine, zat kimia yang mengkoordinasikan fungsi neurons untuk mengkontrol pergerakan otot tubuh, diproduksi oleh sel urat sayraf di substantia nigra. Ketika 80 persen dari sel tersebut mati atau rusak, gejala penyakit parkinson mulai muncul, termasuk tubuh yang bergetar, pergerakan yang melamban, kaku, dan kseulitan untuk menjaga keseimbangan tubuh.


Dalam kasus penyakit parkinson, kita tahu bahwa matinya sel dopamine menjadi penyebab tibulnya gejala tersebut. Tapi tak ada yang mengetahui mengapa sel-sel itu bisa mati. Jika dilihat dari sisi sel, tak banyak yang mengetahui penyebabnya. Pasien parkinson kehilangan dopamine neurons pada sebagian otaknya di dalam substantia nigra. Stadium lanjutan kehilangan lebih banyak dopamine di dalam otak disebut striatum. Dan jumlah keseluruhan protein yang hilang disebut alpha-synuclein.

Para ilmuwan menemukan bukti baru bahwa zat racun yang diproduksi oleh otak menjadi pemicu kerusakan sel penyebab terjadinya penyakit Parkinson. Bahwa racun otak yang disebut DOPAL membunuh dopamine neurons dan memicu terjadinya penyakit tersebut. Untuk sebgaian orang, protein tersebut saling berhimpitan. Para peneliti menemukan bahwa DOPAL yang menyebabkan protein alpha-synuclein di otak hilang. Akibatnya jumlah DOPAL semakin banyak yang menyebabkan matinya dopamine sel, yang selanjutnya akan menyebabkan orang mengalami Parkinson.


Kekurangan hormon dopamin dapat menyebabkan tertekan, motivasi rendah, kesulitan memberikan perhatian dan berkonsentrasi, berpikir lambat, rendah libido dan impotensi, mudah lelah, berat badan cepat naik, dan mengalami gangguan tidur. Kekurangan dopamine di bagian otak ini dianggap mempunyai pengaruh terhadap terjadinya ADD (attension deficit disorder, anak menjadi kurang perhatian atau tidak bias berkonsentrasi). Selain itu kekurangan dopamine bias menyebabkan autis, ADHD (attention deficit hyperactivity disorser, kelaian anak karena tidak dapat memerhatikan sekelilingnya dan mempunyai aktivitas yang berlebihan), bahkan juga penyalagunaan obat-obatan.





Dosing Form & Strengths
infusion solution, in D5W
* 80mg/100mL
* 160mg/100mL
* 320mg/100mL
injectable solution
* 40mg/mL
* 80mg/mL
* 160mg/mL

Hemodynamic Conditions
Treatment of hypotension, low cardiac output, poor perfusion of vital organs; used to increase mean arterial pressure in septic shock patients who remain hypotensive after adequate volume expansion 1-5 mcg/kg/min IV (low dose): May increase urine output and renal blood flow
5-15 mcg/kg/min IV (medium dose): May increase renal blood flow, cardiac output, heart rate, and cardiac contractitlity
20-50 mcg/kg/min IV (high dose): May increase blood pressure and stimulate vasoconstriction; may not have a beneficial effect in blood pressure; may increase risk of tachyarrhythmias
May increase infusion by 1-4 mcg/kg/min at 10-30 min intervals until optimum response obtained
Titrate to desired response
Dosing Considerations
Strong beta1-adrenergic, alpha-adrenergic, and dopaminergic effects are based on dosing rate
Beta1 effects: 2-10 mcg/kg/min
Alpha effects: >10 mcg/kg/min
Dopaminergic effects: 0.5-2 mcg/kg/min

Adverse Effects
Frequency Not Defined
Cardiovascular: Ventricular arrhythmia, atrial fibrillation (at very high doses), ectopic beats, tachycardia, anginal pain, palpitation, cardiac conduction abnormalities, widened QRS complex, bradycardia, hypotension, hypertension, vasoconstriction
Respiratory: Dyspnea
Gastrointestinal: Nausea, vomiting
Metabolic/nutritional: Azotemia
Central nervous system: Headache, anxiety
Endocrine: Piloerection
Ocular: Increased intraocular pressure; dilated pupils
Gangrene of extremities has occurred when high doses were administered for prolonged periods or in patients with occlusive vascular disease receiving low doses of dopamine hydrochloride

Black Box Warnings
May cause peripheral ischemia in patients with history of occlusive vascular disease
If ischemia occurs, prevent sloughing and necrosis in ischemic areas by infiltrating areas as soon as possible with 5-10 mg of phentolamine (adrenergic blocking agent) in 10-15 mL of saline solution
Contraindications
Hypersensitivity to dopamine, pheochromocytoma, ventricular fibrillation, uncorrected tachyarrhythmias
Cautions
Use caution in angina pectoris, extravasation, hypovolemia, occlusive vascular disease, ventricular arrhythmias, recent use of monoamine oxidase inhibitors, sensitivity to sulfites
Drug is inactivated by alkali
May cause increases in heart rate
Use with caution after myocardial infarction
Monitor blood pressure closely
Use caution in patients taking MAO inhibitors; prolong hypertension may occur with concurrent use

Pharmacology
Mechanism of Action
Endogenous catecholamine, acting on both dopaminergic and adrenergic neurons
Low dose stimulates mainly dopaminergic receptors, producing renal and mesenteric vasodilation; higher dose stimulates both beta1-adrenergic and dopaminergic receptors, producing cardiac stimulation and renal vasodilation; large dose stimulates alpha-adrenergic receptors
Absorption
Onset: 5 min (adults)
Duration: <10 min
Distribution
Vd: 1.8-2.45 L/kg
Metabolism
Metabolized in liver, kidney, and plasma by monoamine oxidase and catechol-O-methyl transferase
Metabolites: Norepinephrine (active), inactive metabolites
Elimination
Half-life: 2 min
Total body clearance: 115 mL/kg/min
Excretion: Urine (80%)

IV & IM Information
IV Incompatibilities
Solution: Sodium bicarbonate 5%
Additive: Acyclovir, alteplase, amphotericin B, ampicillin, gentamicin, metronidazole/sodium bicarbonate, penicillin G potassium
Y-site: Acyclovir, aldesleukin(?), alteplase, amphotericin B cholesteryl sulfate, cefepime, furosemide(depends on formulation), heparin (in D5W), indomethacin, insulin, thiopental, TNA #222-223
IV Compatibilities
Solution: Most common solvents (eg, D5W, D10W, dextrose/saline, LR, NS, sodium lactate 1/6M)
Additive (partial list): Aminophylline, calcium gluconate, ciprofloxacin, dobutamine, heparin, hydrocortisone, lidocaine, nitroglycerin, potassium chloride, verapamil
Syringe: Caffeine, doxapram, heparin, ranitidine
Y-site (partial list): Amiodarone, cisatracurium, diltiazem, dobutamine, epinephrine, esmolol, fentanyl, heparin (in NS), hydrocortisone sodium succinate, labetalol, lidocaine, lorazepam, morphine sulfate, nitroglycerin, ondansetron, potassium chloride, propofol, tacrolimus, verapamil, vitamins B and C, warfarin, zidovudine
Not specified: Carbenicillin, tetracycline, iron salts, oxidizing agents, alkaline solutions
IV Preparation
Dilute 200-400 mg in 250-500 mL of compatible diluent (eg, D5W, NS, LR, D5/NS, D5/LR); typical concentration range is 0.8-1.6 mg/mL, though up to 3.2 mg/mL has been used
Drug is stable for 24 hours after dilution
Premixed solution may be administered without dilution
Do not use if solution is darker than slightly yellow; discoloration to brown, pink, or purple indicates decomposition
IV Administration
Infuse via central line; umbilical arterial catheter is not recommended
Administer in large vein (eg, antecubital)
Use infusion pump to control flow rate
Titrate dosage to desired hemodynamic values or optimal urine flow


sumber :
www.wikipedia.com
http://elfafajri.blogspot.com/2011/06/dopamin.html
www.medap.com

0 comments:

Post a Comment

Advertise